Jumat, 01 April 2022

Bintang Laut 6

Jerman, November  2021





Masih pukul 19.00 waktu lokal. Angin malam itu memang tak mampu menembus jendela-jendela kaca yang di pasangnya rapat-rapat. Namun, penghanngat ruangannya pun tak mampu mengalahkan dinginnya musim dingin yang menyelundup masuk lewat lantai-lantai kayu di bawah dipannya. Di balik dua lapis selimut putih miliknya, Bintang sedang asik bertukar pesan dengan entah siapa di ujung sana, entah siapa namanya.  Ada senyum tipis yang terukir di sudut bibirnya. Sesekali menyeruak tawanya membuncah. Mengangetkan bulir salju yang kebetulan hinggap di kaca jendelanya. Di tengah asiknya ia bertegur sapa dengan si Mr. X yang namanya tidak disebut, tiba-tiba pesan yang tak diharapkan masuk. Notif Hp nya berbuyi berkali-kali.

"Ah dia lagi... dia lagi" gerutu Bintang dalam hati. Sejenak ia memutuskan offline agar si orang aneh itu berhenti mengiriminya pesan-pesan yang tidak ingin Ia baca. Namun. semakin dibiarkan, notif Handphonenya semakin sibuk berbunyi. "Aahhh... apasih maunya anak itu?... Pfffttttt" gerutunya. Diliatnya notif di Hp nya. "whaatt... 33 pesan? apaan sih ni anak?"

"Hai.."

"Kok belum tidur?" "Kamu lagi apa?" "Kamu udah nikah belum?" "Agamamu apa?" "Pekerjaanmu apa?"   "Udah punya pacar belum nih?" "Beratmu berapa?" .......dan pertanyaan-pertanyaan aneh lainnya

"What the h*ll" hatinya gusar parah. Rasanya Bintang ingin muntab dan segera memblokir si orang aneh ini. Tapi entah kenapa Ia justru hanya membiarkan pesan-pesan tidak berfaedah itu berakhir dengan status "dibaca"

Hmm malam itu di tutup dengan pertanyaan-pertanyaan yang cukup membuatnya suntuk. Sedang orang aneh di ujung sana mungkin tertawa senang menganggu gadis kecil dibawah selimut itu. Barangkali orang aneh itu pun tak tau perbedaan waktu dan jarak yang begitu jauh diantara keduanya. Bintang yang meringkuk kesal di balik selimut dua lampis miliknya, dan orang aneh itu (baiklah mari kita sebut dia sebagai Laut)  yang mungkin sedang bertelanjang dada dan berkipas-kipas ria mengusir pengapnya karbon dioksidan di ruangan 4x3 meter miliknya yang sesak dengan buku-buku. 

Tak ada yang membaca takdir masa depan, barang sedetik ke depan. Saat itu, Jika Bintang tidak mengabaikannya, mungkin hari ini tidak jadi begini. Jika hari itu Bintang membalas pesannya dengan umpatan-umpatan kesal yang membakar emosi, mungkin hari inipun tidak akan begini rasanya. Ah perihal rasa memang susah di jabarkan. Lidahpun tak mampu menguraikan, apalagi dua jari yang saling mengetik dan mengirim pesan? 

Jauh dari hari itu, ada pesan yang ingin Ia tulis. Malam-malam yang Ia habiskan dibawah selimut dua lampis miliknya.  "Hai burung camar, kau mau pergi kemana? kau mau pergi ke Laut? ahhh kebetulan. tolong sampaikan padanya... bahwa Bintang sedang mencarinya yaaa, terima kasih:)"


To be continued... (?)

4. Germany Series : Second Batch!

Second Batch : Student Exchange 2018 Aku tidak lolos seleksi student exchange itu, dan teman sekelasku, Khalid, dia lolos! ah itu... sedikit...