Second Batch : Student Exchange 2018
Aku tidak lolos seleksi student exchange itu, dan teman sekelasku, Khalid, dia lolos! ah itu... sedikit sedih, tapi tak apa. Aku masih bisa bernafas dengan baik dan ikut perkuliahan dengan baik.
Akhir tahun itu, Khalid berangkat ke Jerman. Disaat yang sama aku sedang duduk berjibaku dengan rapat akhir tahun kepengurusan HMJ periode itu. Di Sela-sela rapat yang kadang panas kadang dingin itu, sepintas aku terpikir apa yang dilakukan teman sekelasku itu di Jerman?. Ah rasanya ingin sekali menyusul....
Waktu bergegas begitu cepat, tidak terasa satu tahun sudah berlalu.
Akhir tahun 2018.
Student Exchange ke Jerman kembali dibuka. Kali ini aku benar-benar ingin mendaftar dan lolos. Aku sudah sedikit lebih percaya diri lantaran sebelumnya aku sudah berhasil mengikuti kegiatan student exchange ke Jepang pada Agustus 2018 (akan kuceritakan di batch lainnya). Nilai tambahnya kemampuan berbicara Bahasa Inggrisku jadi semakin membaik, IPK ku sudah naik dan aku sudah punya paspor!
Aku percaya diri kali ini!
Aku mendaftar dengan cara yang sama dengan dokumen-dokumen yang tentu saja sudah aku update dan revisi.
1. Curriculum vitae
2. Motivation Letter
3. Abstrak penelitian
4. Transkrip
5. Paspor
Pada pendaftaran di tahun sebelumnya aku belum memiliki paspor sehingga aku hanya mengumpulkan 4 dokumen terlampir. Untungnya paspor hanya dokumen opsional yang tidak wajib.
Aku membuat semua dokumen dengan hati-hati, aku mengecek kembali semua bentuk typo dan kejanggalan penulisan lainnya.
Semua dokumen telah siap, tinggal kirim.
Setelah kubaca berulang-ulang, send!
Aku kirimkan semua dokumen tersebut terlampir dalam email yang ditujukan pada koordinator utama program student exchange yang dibiayai oleh Prof. Labes.
Seperti chapter sebelumnya, Let God Do The Rest.
Beberapa hari kemudian, peserta yang lolos ke tahap interview diumumkan!
Aku Lolos! (lagi). Tapi kali ini sainganku semakin banyak. Ada beberapa teman yang dulunya belum berani mendaftar sekarang sudah berani untuk mencoba. Dan tentu saja, Khalid juga mendaftar. Ada juga beberapa adik tingkatku yang juga ikut mendaftar.
Ahh rasanya dejavu. Mengantri di depan ruangan Bu Kartika sambil membaca dokumenku berkali-kali yang disertai sholawat di setiap jeda aku berhenti membaca dokumen-dokumen itu. Aku coba untuk tetap tenang dan juga berlatih berbicara. Kali ini aku tidak mengabari Ulfa, teman kost ku yang dulu aku ajak untuk berlatih berbicara Bahasa Inggris. Semata-mata karena malu, tahun lalu setelah banyak berlatih dengannya pun aku tidak lolos. Tapi semoga tahun ini aku bisa lolos dan mentraktir dia bakso atau mie ayam kalau lolos nanti. Hehe
Giliranku tiba. Aku masuk, tanpa lupa aku mengetuk pintu dan mengucap salam. Dalam ruangan telah duduk 3 pengujiku, penguji yang sama dengann setahun lalu. Bu Kartika duduk di tengah, serta Bu Eva dan Bu Dwi yang duduk di samping kanan dan kirinya.
"Hello, are you ready?" Tanya Bu Eva.
"Yes Mom" Jawabku.
"Oh.. Nuril, You were here last year right?" tanya Bu Eva mengingatkan bahwa tahun lalu aku juga lolos ke tahap interview, tapi juga gagal. hehe
"Yes I was" Jawabku sedikit malu.
"Ahh no worries. You'll do it better now" Kata Bu Eva menyemangatiku.
Interview dimulai. Aku menjawab sebisaku. Kurasa jawabanku sudah lebih mantap daripada jawabanku tahun lalu. Kemampuan menjawab dengan Bahasa Inggrisku juga sudah meningkat.
Akhirnya interview selesai. Aku disilahkan untuk meninggalkan ruangan dan interview dilanjutkan pada mahasiswa berikutnya.
Let God Do The Rest......part 2
Akhir tahun itu, Khalid berangkat ke Jerman. Disaat yang sama aku sedang duduk berjibaku dengan rapat akhir tahun kepengurusan HMJ periode itu. Di Sela-sela rapat yang kadang panas kadang dingin itu, sepintas aku terpikir apa yang dilakukan teman sekelasku itu di Jerman?. Ah rasanya ingin sekali menyusul....
Waktu bergegas begitu cepat, tidak terasa satu tahun sudah berlalu.
Aku percaya diri kali ini!
Aku mendaftar dengan cara yang sama dengan dokumen-dokumen yang tentu saja sudah aku update dan revisi.
1. Curriculum vitae
2. Motivation Letter
3. Abstrak penelitian
4. Transkrip
5. Paspor
Pada pendaftaran di tahun sebelumnya aku belum memiliki paspor sehingga aku hanya mengumpulkan 4 dokumen terlampir. Untungnya paspor hanya dokumen opsional yang tidak wajib.
Aku membuat semua dokumen dengan hati-hati, aku mengecek kembali semua bentuk typo dan kejanggalan penulisan lainnya.
Semua dokumen telah siap, tinggal kirim.
Setelah kubaca berulang-ulang, send!
Aku kirimkan semua dokumen tersebut terlampir dalam email yang ditujukan pada koordinator utama program student exchange yang dibiayai oleh Prof. Labes.
Seperti chapter sebelumnya, Let God Do The Rest.
Beberapa hari kemudian, peserta yang lolos ke tahap interview diumumkan!
Aku Lolos! (lagi). Tapi kali ini sainganku semakin banyak. Ada beberapa teman yang dulunya belum berani mendaftar sekarang sudah berani untuk mencoba. Dan tentu saja, Khalid juga mendaftar. Ada juga beberapa adik tingkatku yang juga ikut mendaftar.
Ahh rasanya dejavu. Mengantri di depan ruangan Bu Kartika sambil membaca dokumenku berkali-kali yang disertai sholawat di setiap jeda aku berhenti membaca dokumen-dokumen itu. Aku coba untuk tetap tenang dan juga berlatih berbicara. Kali ini aku tidak mengabari Ulfa, teman kost ku yang dulu aku ajak untuk berlatih berbicara Bahasa Inggris. Semata-mata karena malu, tahun lalu setelah banyak berlatih dengannya pun aku tidak lolos. Tapi semoga tahun ini aku bisa lolos dan mentraktir dia bakso atau mie ayam kalau lolos nanti. Hehe
Giliranku tiba. Aku masuk, tanpa lupa aku mengetuk pintu dan mengucap salam. Dalam ruangan telah duduk 3 pengujiku, penguji yang sama dengann setahun lalu. Bu Kartika duduk di tengah, serta Bu Eva dan Bu Dwi yang duduk di samping kanan dan kirinya.
"Hello, are you ready?" Tanya Bu Eva.
"Yes Mom" Jawabku.
"Oh.. Nuril, You were here last year right?" tanya Bu Eva mengingatkan bahwa tahun lalu aku juga lolos ke tahap interview, tapi juga gagal. hehe
"Yes I was" Jawabku sedikit malu.
"Ahh no worries. You'll do it better now" Kata Bu Eva menyemangatiku.
Interview dimulai. Aku menjawab sebisaku. Kurasa jawabanku sudah lebih mantap daripada jawabanku tahun lalu. Kemampuan menjawab dengan Bahasa Inggrisku juga sudah meningkat.
Akhirnya interview selesai. Aku disilahkan untuk meninggalkan ruangan dan interview dilanjutkan pada mahasiswa berikutnya.
Let God Do The Rest......part 2