Selasa, 25 Juni 2024

TRAGEDI KAKI UDANG

Cerita ini ditulis ulang dari cerita yang pernah saya tulis ketika saya masih duduk di bangku kuliah, tepatnya saat selesai ujian praktikum struktur hewan. Ada sedikit perbaikan kata agar lebih halus, hehe. 




 TRAGEDI KAKI UDANG

Oleh Nuril Azizah, tahun 2017


"Dup...Dup...Dup" hatiku berdegup amat kencang. Rasanya ingin saja menonaktifkan sementara kerja jantungku agar tidak membuatku berkeringat dingin seperti ini. 

Plok...Plok..Plok.... suara sepatu Tosin, si Ketua kelas. Semakin nyaring terdengar. Sejurus kemudian, dia tiba di depan kami yang sedang menunggu dengan setengah harapan kosong. Tosin tersenyum kecut sambil mengeluarkan setumpuk kertas folio bergaris dari tas yang sudah digendongnya sejak 3 tahun lalu. 

"Ini..." kata Tosin seraya menyerahkan tumpukan kertas folio itu pada kami yang tak lain adalah hasil ujian praktikum kami yang masih hangat dari para asisten praktikum. Sejurus kemudian, adegan ini menjadi riuh tak karuan, kami berebut kertas kami masing-masing. Hanya semedit kemudian sampai kami benar-benar memegang kertas masing-masing suasana menjadi sunyi. Tak ada backsound angin atau suara jangkrik yang kerap terdengar dari koridor biologi yang lokasinya nyaris tepat didepan sebuah gumuk atau bukit kecil, adegan pembagian hasil praktikum berlangsung singkat namun semua sedang menahan tegang. Beberapa mahasiswa berdecak kesal "Ahh.. kapan aku dapat nilai bagus?". Semenit kemudian, buncah suara kami dengan keributan yang tidak jelas. Entah tawa dan tangis kecewa, aku tak peduli. Aku pergi meninggalkan kerumunan. Remuk rasanya syaraf nyeri di otakku hingga rasanya mati rasa. Aku melangkah linglung tak karuan, rupanya angka 5 diatas kertas ujian ku itu mampu menguras habis konsentrasiku. 

Kulihat berulangkali kertas ujian milikku. Kulihat lekat-lekat barangkali asisten praktikum salah mengoreksi sehingga aku bisa dapat nilai tambahan. Tapi nihil. Kutatap lagi dan lagi hingga menyerah

"Ah baiklah lebih baik kututup saja" kata hatiku.

"Tunggu.." Tiba-tiba suara seseorang pecah dari balik punggungku. "Ada apa?" tanyaku heran

"Itu....." jawabannya terbata-bata. 

"Itu jawaban kamu nomor 15 salah?" tanya dia

"Iya" jawabku sambil merenggut

"Tunggu dulu. Aku rasa ada yang salah disini.Coba kamu ingat-ingat. Jelas jawabannya adalah kaki renang udang ada 5 pasang dan kaki jalan udang ada 6 pasang. Aku ingat betul hal itu" Jelas gadis itu, Zizi. 

"Benarkah?" tanyaku penuh harap. "Iya" jawabnya yakin. 

"Tapi kenapa jawabanmu disalahkan ya? punyaku juga" cerutu Zizi sambil cemberut. 

Aku hanya menggeleng tak berarti. 

"Ayo!" kata Zzi. "Kemana?" tanyaku. 

"Ayo kita komplain ke Asisten Praktikum" ajaknya. Aku ragu untuk mengikutinya. Aku tak pernah melakukan aksi komplain apapun sebelumnya. 

Sejurus kemudian kami sudah di lab zoologi untuk menemui Mas Habsyi, asisten praktikum Struktur Hewan kami. "Ada apa, dek?" tanyanya. Mas Habsyi heran melihat wajah zizi yang datang dengan wajah cemberut. 

"Mas saya mau komplain. Ini jawaban saya benar, tapi dinilai salah" kata Zizi tegas. 

"Loh, kalo jawaban kamu benar pasti saya benarkan dek" 

"Loh mas, jelas-jelas ini kaki renang udang ada 5 pasang dan kaki jalan udang ada 6 pasang. Tapi ini jawaban saya disalahkan" 

"Kaki renang udang itu ada 6 pasang dek dan kaki jalan udang ada 5 pasang"  Mas Habsyi menolak protes kami. 

"Enggak Mas, saya yakin betul kalo kaki renang ada 5 dan kaki jalan ada 6 pasang"

"Enggak dek"

"Iya.."

"Enggak" 

Terjadi sedikit perseteruan ringan tentang si kaki udang di lab zoologi sian itu. 

"Yaudah, kita buktikan sekarang", ajak Mas Habsyi untuk menghitung ulang jumlah kaki udang, Sejurus kemudian, Mas Habsyi membawa seekor udang basi yang sisa praktikum ke depan kami. 

"Ini hitung!" Mas Habsyi meminta

Zizi langsung menghitung, dimulai dari kaki renang

"1....,2.....,3.....,4 .....5.." Tittttt

"Tuh kan bener, kaki renang ada 5", ledek Zizi. Mas Habsyi tidak percaya dengan hasil perhitungan Zizi dan menghitung ulang kaki renang udang itu. 

""1....,2.....,3.....,4 .....5.."

Zizi tersenyum puas melihat Mas Habsyi kalah. 

"Jadi?"

"Oke ..iya deh, saya yang salah. Jawaban kamu benar"

Zizi bersorak gembira. Akhirnya nilainya bertambah 4 poin, yang awalnya 46 menjadi 50 dan milikku menjadi 54.  Namun apalah arti 54? tetap saja nilaiku D. Tapi Zizi terlihat sangat puas dan tidak henti-hentinya tersenyum menatap angka 46 yang dicoret dan telah tergantikan dengan angka 50. Haha


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4. Germany Series : Second Batch!

Second Batch : Student Exchange 2018 Aku tidak lolos seleksi student exchange itu, dan teman sekelasku, Khalid, dia lolos! ah itu... sedikit...