Rabu, 26 Juni 2024

4. Germany Series : Second Batch!

Second Batch : Student Exchange 2018

Aku tidak lolos seleksi student exchange itu, dan teman sekelasku, Khalid, dia lolos! ah itu... sedikit sedih, tapi tak apa. Aku masih bisa bernafas dengan baik dan ikut perkuliahan dengan baik. 
Akhir tahun itu, Khalid berangkat ke Jerman. Disaat yang sama aku sedang duduk berjibaku dengan  rapat akhir tahun kepengurusan HMJ periode itu. Di Sela-sela rapat yang kadang panas kadang dingin itu, sepintas aku terpikir apa yang dilakukan teman sekelasku itu di Jerman?. Ah rasanya ingin sekali menyusul....
Waktu bergegas begitu cepat, tidak terasa satu tahun sudah berlalu.

Akhir tahun 2018. 

Student Exchange ke Jerman kembali dibuka. Kali ini aku benar-benar ingin mendaftar dan lolos. Aku sudah sedikit lebih percaya diri lantaran sebelumnya aku sudah berhasil mengikuti kegiatan student exchange  ke Jepang pada Agustus 2018 (akan kuceritakan di batch lainnya). Nilai tambahnya kemampuan berbicara Bahasa Inggrisku jadi semakin membaik, IPK ku sudah naik dan aku sudah punya paspor! 
Aku percaya diri kali ini!
Aku mendaftar dengan cara yang sama dengan dokumen-dokumen yang tentu saja sudah aku update dan revisi. 
1. Curriculum vitae
2. Motivation Letter
3. Abstrak penelitian
4. Transkrip
5. Paspor
Pada pendaftaran di tahun sebelumnya aku belum memiliki paspor sehingga aku hanya mengumpulkan 4 dokumen terlampir. Untungnya paspor hanya dokumen opsional yang tidak wajib. 
Aku membuat semua dokumen dengan hati-hati, aku mengecek kembali semua bentuk typo dan kejanggalan penulisan lainnya. 
Semua dokumen telah siap, tinggal kirim. 
Setelah kubaca berulang-ulang, send!
Aku kirimkan semua dokumen tersebut terlampir dalam email yang ditujukan pada koordinator utama program student exchange yang dibiayai oleh Prof. Labes.
Seperti chapter sebelumnya, Let God Do The Rest. 
Beberapa hari kemudian, peserta yang lolos ke tahap interview diumumkan!
Aku Lolos! (lagi). Tapi kali ini sainganku semakin banyak. Ada beberapa teman yang dulunya belum berani mendaftar sekarang sudah berani untuk mencoba. Dan tentu saja, Khalid juga mendaftar. Ada juga beberapa adik tingkatku yang juga ikut mendaftar. 
Ahh rasanya dejavu.  Mengantri di depan ruangan Bu Kartika sambil membaca dokumenku berkali-kali yang disertai sholawat di setiap jeda aku berhenti membaca dokumen-dokumen itu. Aku coba untuk tetap tenang dan juga berlatih berbicara. Kali ini aku tidak mengabari Ulfa, teman kost ku yang dulu aku ajak untuk berlatih berbicara Bahasa Inggris. Semata-mata karena malu, tahun lalu setelah banyak berlatih dengannya pun aku tidak lolos. Tapi semoga tahun ini aku bisa lolos dan mentraktir dia bakso atau mie ayam kalau lolos nanti. Hehe
Giliranku tiba. Aku masuk, tanpa lupa aku mengetuk pintu dan mengucap salam. Dalam ruangan telah duduk 3 pengujiku, penguji yang sama dengann setahun lalu. Bu Kartika duduk di tengah, serta Bu Eva dan Bu Dwi yang duduk di samping kanan dan kirinya.
"Hello, are you ready?" Tanya Bu Eva. 
"Yes Mom" Jawabku.
"Oh.. Nuril, You were here last year right?" tanya Bu Eva mengingatkan bahwa tahun lalu aku juga lolos ke tahap interview, tapi juga gagal. hehe
"Yes I was" Jawabku sedikit malu. 
"Ahh no worries. You'll do it better now" Kata Bu Eva menyemangatiku. 
Interview dimulai. Aku menjawab sebisaku. Kurasa jawabanku sudah lebih mantap daripada jawabanku tahun lalu. Kemampuan menjawab dengan Bahasa Inggrisku juga sudah meningkat. 
Akhirnya interview selesai. Aku disilahkan untuk meninggalkan ruangan dan interview dilanjutkan pada mahasiswa berikutnya. 
Let God Do The Rest......part 2


KERETA DALAM MEMORI

Bondowoso, 26 Juni 2024

 Kereta Dalam Memori

Hamburg, Sabtu 12 Februari 2022 17.14 

Kereta, adalah pernah menjadi kendaraan yang paling ingin aku naiki. Pertama kali aku naik kereta, perjalanan Bondowoso-Banyuwangi, (kalau tidak salah ingat) yaitu waktu aku umur 5 tahun, sekitar tahun 2003, satu tahun sebelum kereta api di Bondowoso berhenti beroperasi . Ah waktu itu, gerbong kereta di Bondowoso masih beroperasi layaknya gerbong kereta di stasiun-stasiun lainnya.

Perjalanan dengan kereta api pertamaku waktu itu berlangsung sangat tidak mengasyikan. Dalam ingatan memori yang masih lekat di kepalaku adalah suasana yang sesak, kumuh, gelap. Kursinya memanjang di sepanjang tepi dinding kereta, menyisakan satu koridor panjang yang sedikit lebih lapang dari pada koridor kereta modern saat ini yang justru menjadi tempat berjualan bagi para pedagang kaki 2 waktu itu. Kursi kayu yang keras, banyak sekali orang yang tidak mendapat kursi sehingga harus berdiri layaknya di KRL jaman sekarang. Di sebelahku ada bapak-bapak setengah baya membawa seekor ayam jantan dengan kiso lusuh yang dikenakannya di ayam jantan kesayangannya (mungkin) itu. Aku tak tahan dan menangis pada ibu. 

"Ebok... aku mau turun. Perutku sakit" rengekku

"Sudah..sudah. setelah ini sampai" kata ibu membujuk. 

Aku coba untuk meredam rasa tidak enak di perutku waktu itu, aku mabuk. Aku mabuk darat untuk yang pertama kali. Perjalanan yang sangat membuatku ingin langsung pulang.

Perjalanan dilanjutkan. 

Aku semakin tidak tahan dengan semua suasana di kereta, perutku sudah tak dapat dikompromi lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. Ibuku panik. Setelah berdiskusi dengan Bapak dan anggota keluarga lainnya, akhirnya aku dan Ibu turun di stasiun terdekat. Untungnya itu sudah sampai di Banyuwangi, meskipun belum sampai di stasiun terdekat dengan rumah kerabat kami di Banyuwangi. 

Aku turun. Sebuah mobil sedan merah menjemput kami. Kami naik ke mobil itu dan aku tertidur.

Sampai sana ingatanku berakhir. 

Satu hal yang aku ingat semasa anak-anak : Naik kereta sangat menyeramkan. 

Sampai entah pada tahun berapa tepatnya, kudengar PT KAI sudah merenovasi habis-habisan desain dan pelayanan kereta api di Indonesia. Aku belum berani naik kereta api

Sampai pada tahun 2016, aku berkuliah di Jember. Aku bertemu teman-teman dari Banyuwangi yang notabennya mereka akan pulang setiap akhir pekan dengan naik kereta. Aku tanya pada mereka apa benar kereta api sudah membaik? apa benar sudah tidak ada laki-laki separuh baya yang menggendong ayam dalam kiso?. YA! kata mereka semua baik. Kursinya empuk berderet hadap-hadapan depan dan belakang. Tidak ada lagi pedagang kaki 2 yang berseliweran keluar-masuk.

Ah aku jadi penasaran...Aku pengen naik kereta lagi!!

TAPI KEMANA? haha

Sampai tahun 2017 (mungkin), waktu itu kalau tidak salah ingat semester 3 atau 4, aku menempuh mata kuliah Kewirausahaan (KWU) yang melaksanakan pembelajaran di kebun buah naga di Banyuwangi. 

Wahhhh..Binggo! 

Kami satu kelas akan naik kereta api ke Banyuwangi, tidak tanggung-tanggung, kami akan mengambil alih 1 gerbong! keren sekali. 

Pengalaman pertama naik kereta setelah 14 tahun tidak pernah naik kereta mungkin akan terasa sangat mengasyikkan!!

Aku benar-benar begitu excited!

Ya,pengalaman pertama seringkali melekat di ingatan. Aku duduk bersama 3 temanku, satu duduk disebelahku dan 2 yang lain duduk di depanku. Aku membawa sedikit cemilan untuk dimakan saat di kereta. 

Semua persis seperti yang dikatakan oleh teman-teman, kereta api modern sama sekali berbeda dengan kereta yang aku tumpangi pada 2003 silam. Aku bahkan sampai mondar-mandir di lorong kereta mengunjungi teman-teman lainnya yang duduk di sisi lain. Aku begitu bahagia waktu itu, haha. 

Ah rasanya, rasa bahagia itu bahkan muncul dari hal-hal sesederhana itu. 

Berikutnya, aku mengalami pengalaman-pengalaman naik kereta lagi bersama teman, bersama orang tua atau sendiri. Aku pergi bepergian ke Banyuwangi, Surabaya, Malang, Jogja, Jakarta dll. Perjalanan yang terlalu panjang dengan kereta api ekonomi, misalnya ke Jakarta dapat sangat-sangat melelahkan. Ahhh... pengen turun saat itu juga rasanya ketika suntuk di kereta. 

Jember, Jumat 10 Januari 2020 17.09 (Perjalanan ke Banyuwangi untuk landing nyamuk Anopehles)


Lempuyangan, Jumat 24 September 2021 06.40 (Perjalana pulang dari Jakarta setelah membuat visa Jerman)

Perjalananku naik kereta rupanya tidak seputar melalui KAI saja. Aku juga berkesempatan menumpangi Kereta Api yang katanya tercepat di dunia, Shinkansen!!. Aku menaiki Shinkansen pertamaku di Hiroshima, Jepang saat melaksanakan student exchange pada tahun 2018. Wah itu gila, perjalanan setara jarak Jember-Surabaya hanya ditempuh dalam 1.5 jam. Itu cepat sekali!

Kursinya berderet dua-dua. Empuk. Nyaman sekali, dan tentu saja cepat sekali. Aku tidak ingin tertidur barang sedetik waktu itu, tak mau kehilangan setiap momen duduk di kereta. Bukan sembarang kereta, ini Shinkansen! Aku tak tahu kapan lagi bisa menaiki kendaraan super mewah ini, dan benar sampai hari ini aku belum pernah lagi kesana. Hehe....

Hiroshima, 6 Agustus 2018, 06.39 (Perjalanan menuju lokasi ceremonial Bom Atom Hiroshima)



Hiroshima, 6 Agustus 2018, 12.140 (Perjalanan pulan dari lokasi ceremonial Bom Atom Hiroshima)

Pengalaman lain aku dapatkan saat menaiki kereta api yang tak kalah cepat dengan Shinkansen,  yaitu kereta api di Jerman!. Aku menempuh studi S2 ku di Flensburg, kota kecil di Jerman bagian utara. Perjalanan antar kota ditempuh dengan kereta. Orang lokal menyebut stasiun dengan Bahnhof. 

Hal menakjubkannya, sebagai mahasiswa aku bisa naik kereta dengan GRATISS! dalam perjalanan antar kota di satu provinsi hehe. Hal itu sangat amat menguntungkan bagiku. Hampir setiap akhir pekan aku akan pergi berpergian ke luar kota, menjajaki setiap kota di Provinsi Schleswig-Holstein, perjalanan ke Hamburg misalnya, ibu kota  Schleswig-Holstein memakan waktu 2 jam dengan satu kali transit. Aku akan menaiki kereta RE7 ke Neumünster atau ke Rensburg. Aku hanya punya waktu 5 menit untuk turun dan berpindah ke peron kereta RE7 berikutnya untuk menuju Hamburg. Tapi saat ini sudah ada kereta Flensburg-Hamburg yang tanpa transit, hal ini sangat membantu. 

Lübeck, 29 Januari 2022, 10.26 (Perjalanan pulang dari Lübeck menuju Flensburg)

Jübeck, Sabru 29 Januari 2022, 07.30 (Perjalanan ke Lübeck dari Flensburg)

Ada satu pengalaman yang tak terlupakan ketika aku baru saja sampai di Jerman pertama kalinya. Aku turun di Bandara Hamburg dan kemudian melanjutkan menaiki kereta bawah tanah menuju Hamburg HaufBanhof (Stasiun pusat Hamburg). Kemudian setibanya di Hamburg HaufBhanhof aku dan Khalid, temanku dari Indonesia mencari rute ke Flensburg dengan berbekal bertanya dengan orang sekitar atau membaca pentujuk yang tertera di peron stasiun. Berikutnya kami menaiki sebuah kereta berwarna hitam yang rasanya super elit, dengan bangku duduk yang mewah dan saling berhadap-hadapan. Kata petugas stasiun ini benar kereta menuju Flensburg. Baiklah kami mencari tempat duduk sesuai dengan yang tertera di tiket kami yang sudah dipesankan oleh Prof. Labes. Ah aneh sekali, di tiket kami tidak ada nomor kursi seperti pada tiket KAI. Kereta yang kami naiki mulai melaju sedangkan kami belum juga duduk, masih kebingungan mencari tempat duduk.
Akhirnya kami menemukan petugas lainnya dan bertanya seraya menunjukkan tiket yang kami punya.
Dan....Alamakkk......kami salah naik kereta! haha
Kereta yang kami tumpangi memang benar akan menuju ke Flensburg, itu adalah kereta kelas eksekutif sedangkan tiket kereta yang kami punya hanya kereta kelas ekonomi. Alhasil kami harus turun segera di stasiun terdekat selanjutnya.
Kami turun.
Satu jam kemudian, kami menemukan Kereta RE7 menuju Flensburg. Kali ini keretanya tepat!

Umumnya kereta di Jerman akan datang setiap jam sekali, jadi jika ketinggalan kereta yang ingin kita naiki, kita dapat menunggu 1 jam kemudian untuk menunggu kereta dengan tujuan yang sama berikutnya. Jam perjalanan dapat lebih fleksibel. Namun, beberapa kali perjalanan kereta dapat tertunda saat ada badai atau cuaca ekstrim yang buruk.

Sekarang aku sudah jarang sekali melakukan perjalanan dengan kereta. Ah lebih tepatnya, aku jarang melakukan perjalanan jauh. Aku rindu sekali naik kereta. 

Aku rindu suara panggilan di stasiun, suara desingan rel kereta api dengan ribuan roda kereta api yang riuh dan hal terbaiknya adalah aku bisa duduk di sisi dekat jendela untuk menonton pemandangan gratis sepanjang perjalanan. Hal menyenangkan lainnya adalah aku bisa berbincang dengan orang asing yang mengasyikkan jika beruntung. Jika tidak beruntung aku mungkin hanya akan menyapa "Turun dimana Bu/Pak/Mas/Mbak?" basa-basi sekedar ingin tau kapan aku bisa mendapatkan ruang lebih untuk berselonjor di kursi mereka saat mereka turun. hehe 

Mungkin dalam waktu dekat aku ingin melakukan perjalanan kereta api dekat, sendiri. Sekedar memenuhi rindu. 

Hehe


Selasa, 25 Juni 2024

TRAGEDI KAKI UDANG

Cerita ini ditulis ulang dari cerita yang pernah saya tulis ketika saya masih duduk di bangku kuliah, tepatnya saat selesai ujian praktikum struktur hewan. Ada sedikit perbaikan kata agar lebih halus, hehe. 




 TRAGEDI KAKI UDANG

Oleh Nuril Azizah, tahun 2017


"Dup...Dup...Dup" hatiku berdegup amat kencang. Rasanya ingin saja menonaktifkan sementara kerja jantungku agar tidak membuatku berkeringat dingin seperti ini. 

Plok...Plok..Plok.... suara sepatu Tosin, si Ketua kelas. Semakin nyaring terdengar. Sejurus kemudian, dia tiba di depan kami yang sedang menunggu dengan setengah harapan kosong. Tosin tersenyum kecut sambil mengeluarkan setumpuk kertas folio bergaris dari tas yang sudah digendongnya sejak 3 tahun lalu. 

"Ini..." kata Tosin seraya menyerahkan tumpukan kertas folio itu pada kami yang tak lain adalah hasil ujian praktikum kami yang masih hangat dari para asisten praktikum. Sejurus kemudian, adegan ini menjadi riuh tak karuan, kami berebut kertas kami masing-masing. Hanya semedit kemudian sampai kami benar-benar memegang kertas masing-masing suasana menjadi sunyi. Tak ada backsound angin atau suara jangkrik yang kerap terdengar dari koridor biologi yang lokasinya nyaris tepat didepan sebuah gumuk atau bukit kecil, adegan pembagian hasil praktikum berlangsung singkat namun semua sedang menahan tegang. Beberapa mahasiswa berdecak kesal "Ahh.. kapan aku dapat nilai bagus?". Semenit kemudian, buncah suara kami dengan keributan yang tidak jelas. Entah tawa dan tangis kecewa, aku tak peduli. Aku pergi meninggalkan kerumunan. Remuk rasanya syaraf nyeri di otakku hingga rasanya mati rasa. Aku melangkah linglung tak karuan, rupanya angka 5 diatas kertas ujian ku itu mampu menguras habis konsentrasiku. 

Kulihat berulangkali kertas ujian milikku. Kulihat lekat-lekat barangkali asisten praktikum salah mengoreksi sehingga aku bisa dapat nilai tambahan. Tapi nihil. Kutatap lagi dan lagi hingga menyerah

"Ah baiklah lebih baik kututup saja" kata hatiku.

"Tunggu.." Tiba-tiba suara seseorang pecah dari balik punggungku. "Ada apa?" tanyaku heran

"Itu....." jawabannya terbata-bata. 

"Itu jawaban kamu nomor 15 salah?" tanya dia

"Iya" jawabku sambil merenggut

"Tunggu dulu. Aku rasa ada yang salah disini.Coba kamu ingat-ingat. Jelas jawabannya adalah kaki renang udang ada 5 pasang dan kaki jalan udang ada 6 pasang. Aku ingat betul hal itu" Jelas gadis itu, Zizi. 

"Benarkah?" tanyaku penuh harap. "Iya" jawabnya yakin. 

"Tapi kenapa jawabanmu disalahkan ya? punyaku juga" cerutu Zizi sambil cemberut. 

Aku hanya menggeleng tak berarti. 

"Ayo!" kata Zzi. "Kemana?" tanyaku. 

"Ayo kita komplain ke Asisten Praktikum" ajaknya. Aku ragu untuk mengikutinya. Aku tak pernah melakukan aksi komplain apapun sebelumnya. 

Sejurus kemudian kami sudah di lab zoologi untuk menemui Mas Habsyi, asisten praktikum Struktur Hewan kami. "Ada apa, dek?" tanyanya. Mas Habsyi heran melihat wajah zizi yang datang dengan wajah cemberut. 

"Mas saya mau komplain. Ini jawaban saya benar, tapi dinilai salah" kata Zizi tegas. 

"Loh, kalo jawaban kamu benar pasti saya benarkan dek" 

"Loh mas, jelas-jelas ini kaki renang udang ada 5 pasang dan kaki jalan udang ada 6 pasang. Tapi ini jawaban saya disalahkan" 

"Kaki renang udang itu ada 6 pasang dek dan kaki jalan udang ada 5 pasang"  Mas Habsyi menolak protes kami. 

"Enggak Mas, saya yakin betul kalo kaki renang ada 5 dan kaki jalan ada 6 pasang"

"Enggak dek"

"Iya.."

"Enggak" 

Terjadi sedikit perseteruan ringan tentang si kaki udang di lab zoologi sian itu. 

"Yaudah, kita buktikan sekarang", ajak Mas Habsyi untuk menghitung ulang jumlah kaki udang, Sejurus kemudian, Mas Habsyi membawa seekor udang basi yang sisa praktikum ke depan kami. 

"Ini hitung!" Mas Habsyi meminta

Zizi langsung menghitung, dimulai dari kaki renang

"1....,2.....,3.....,4 .....5.." Tittttt

"Tuh kan bener, kaki renang ada 5", ledek Zizi. Mas Habsyi tidak percaya dengan hasil perhitungan Zizi dan menghitung ulang kaki renang udang itu. 

""1....,2.....,3.....,4 .....5.."

Zizi tersenyum puas melihat Mas Habsyi kalah. 

"Jadi?"

"Oke ..iya deh, saya yang salah. Jawaban kamu benar"

Zizi bersorak gembira. Akhirnya nilainya bertambah 4 poin, yang awalnya 46 menjadi 50 dan milikku menjadi 54.  Namun apalah arti 54? tetap saja nilaiku D. Tapi Zizi terlihat sangat puas dan tidak henti-hentinya tersenyum menatap angka 46 yang dicoret dan telah tergantikan dengan angka 50. Haha


4. Germany Series : Second Batch!

Second Batch : Student Exchange 2018 Aku tidak lolos seleksi student exchange itu, dan teman sekelasku, Khalid, dia lolos! ah itu... sedikit...