Selasa, 15 Februari 2022

Bintang

 


Flensburg, 10.12.2021

Namaku Bintang

Namaku bintang (nama samaran). Aku selalu mudah tersenyum, tertawa dan menangis. Hal-hal kecil menyentuhku sangat mudahnya, aku besyukur tentang hal itu. Namun, kadang itu cukup menyakitkan jika harus menangis untuk hal-hal yang tak layak untuk ditangisi. Hatiku ‘tidak atau ‘belum’ kuat seperti orang lain pada umumnya.  Aku seperti mudah terjatuh, dan jga mudah untuk bangun lagi, persis seperti anak 5 tahun yang sedang belajar naik sepeda. Aku tidak tahu, apakah hal seperti ini wajar untuk dimiliki seorang berusia 23 tahun (yang tak lama lagi akan beranjak 24).

Namaku bintang (nama samaran). Mungkin beberapa orang terdekatku akan tau nama asliku ketika aku menggunakan nama samaran ‘bintang’. Siapa lagi yang mencintai bintang sebanyak ini selain aku? Haha. Siapa lagi yang selalu menggunakan nama samaran bintang selain aku?. Aku tidak mengerti kenapa, ketika aku sedang … hummm katakanlah ‘bergunjing’ tentang seseorang (tidak boleh ditiru) aku selalu mengganti nama si X dengan sebutan ‘bintang’. Dari sekian banyak nama samaran yang bisa ku pakai, hanya ‘bintang’ yang selalu muncul pertama di benakku. Bintang.. mmm bagaimana pertama kali aku jatuh cinta padanya? Haha. Aku sangat ingat pada waktu itu aku sedang bermain ‘tempuran’ (ini permainan khas anak-anak pada jamannya, aku tak tau apakah anak jaman sekarang akan tau permainan ini atau tidak, mungkin di beberapa daerah memiliki permainan serupa dengan nama yang berbeda. Ini mirip seperti petak umpet, namun selain mencari teman lain yang bersembunyi, si penjaga juga harus menjaga bola agar tidak di tendang.. hahah). Baiklah kembali lagi kepada bintang. Ya pada saat itu malam hari, tepat pada bulan ramadhan, kami bukannya ikut bertadharus malah bermain tempuran. Aku cukup ingat pada waktu itu aku memakai kaos hitam polos, bingung hendak bersembunyi dimana, berlari ke arah sana-sini sudah terpakai oleh anak-anak lainnya untuk bersembunyi. Aku yang kebingungan akhirnya memilih untuk langsung berebah diatas rerumputan di pinggir sungai, berharap hitamnya malam dan hitamnya kaosku dapat menyamarkanku. Dan benar saja, tak ada yang berpikir akan ada seorang anak gadis 6 tahun berani tiduran seorang diri di pinggir sungai (karena memang di daerah sungai itu sepi sekali), tak ada yang menemukanku, mereka pikir aku lari pulang dan berhenti ikut permainan secara sepihak. Sedangkan aku tetap diam rebahan menunggu untuk di temukan. Nah pada saat itu akhirnya pertama kali aku menatap bintang malam, yang kebetulan langit sedang cerah. Dan seketika itu aku jatuh cinta. Jatuh cinta tidak ada obat, sangat cantik, sangat sungguh cantik. Aku jatuh cinta lagi dan lagi setiap malam. Bintang pada malam itu membutakan lupa akan ras takut menjadi seorang diri di gelapnya malam, seperti mereka mengatakan bahwa gelap itu tidak menakutkan, dan menjadi sendiri tidak membuatmu menjadi lemah. Belakangan aku tau, meski bintang telihat bersama-sama dari bumi, sebenarnya mereka saling berdiri sendiri, berjauhana satu-sama lain, tapi mereka mampu membentuk rasi bintang yang teramat indah. Sejak malam itu akhirnya aku seringkali menyempatkan menatap bintang setiap malam, terutama saat malam cerah dan tidak berawan.

Foto ini diambil dua tahun yang lalu, pada 2020. Di puncak Kawah ijen. Tapi, foto ini adalah hasil edita. Foto aslinya memiliki background langit yang biru cerah, dan bukan berbintang. Ini merupakan foto editan bintang ku yang pertama, menggunakan photosop. hehe saking inginnya foto dengan background bintang, tapi belum punya kamera yang memadai. 


Aku selalu bertanya-tanya, apakah aku menatap bintang yang sama dengan orang yang berada di Jakarta atau di Paris, apakah langit mereka berbeda. Apakah aku menatap bintang yang sama pada malam  senin dan malam kamis? Aku akui meskipun aku sangat mencintai bintang, tapi ilmu pengethauan astronomiku sangat rendah. Hahaha. Aku mencintai bintang dari arah yang berbeda, tidak cukup dalam jika di bidang sains, tapi aku tetap mencintai sainsJ.  Setelah kutimang-timang, aku tetap tidak tau. Hari ini aku tidak berada di Paris, tapi aku dekat dengan Paris. Nama kotanya Flensburg, kota kecil di ujung utara Jerman, berbatasan dengan Denmark, kira-kira 10 jam naik kereta ke Paris. Aku tak banyak menatap bintang disini, bukannya tak mau, tapi kebetulan saat ini adalah musim dingin. Aku benar-benar tak tahan untuk berdiam diri di luar ruangan di malam hari. Sesekali jika memang aku ada urusan untuk keluar rumah di malam hari, tentu saja tidak pernah ku lewatkan untuk menatap bintang. Namun demikian, malam hari di musim dingin, seringkali banyak awan dan mendung, bintang jarang sekali terlihat. Tapi aku sudah berhasil memandang bintang sekali-dua kali. Tetap cantik dan menawan. Tapi aku belum berhasil menyimpulkan apakah bintang yg kulihat dari kota kecilku sama dengan bintang yang ku lihat dari sudut kota kecil di Jerman utara ini. Tapi biar bagaimanapun, bintang itu selalu menakjubkan.

Bintang, sekumpulan batu panas di ruang angkasa yang sunguh telihat menawan dari planet bumi, dan lain sebagainya definisi bintang menurut KBBI atau ilmuwan pada umumya. Bagiku bintang adalah temanku, sahabt yang mengingatkan akan kebesaran Tuhan, sahabat yang mendengarkan aku di kala sedih dan bahagia. Bintang adalah saksi tangis-tangisku setiap malam saat aku ceritakan padanya tentang masa-masa bratku. Aku tau bintang tidak selalu terlihat di langit, bahkan ketika malam hari pun bintang tidak selalu terlihat terang dan menyenangkan, tapi aku tau, aku tau bahwa bintang tidak pernah pergi. Dia selalu ada di tempatnya, diam tak kemana-mana. Bintang adalah satu-satunya teman yang ku ceritakan semuanya masalahku tiada batas.

sekian, hihi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4. Germany Series : Second Batch!

Second Batch : Student Exchange 2018 Aku tidak lolos seleksi student exchange itu, dan teman sekelasku, Khalid, dia lolos! ah itu... sedikit...