Flensburg, 10.12.2021
Namaku Bintang
Namaku bintang (nama samaran).
Aku selalu mudah tersenyum, tertawa dan menangis. Hal-hal kecil menyentuhku
sangat mudahnya, aku besyukur tentang hal itu. Namun, kadang itu cukup
menyakitkan jika harus menangis untuk hal-hal yang tak layak untuk ditangisi.
Hatiku ‘tidak atau ‘belum’ kuat seperti orang lain pada umumnya. Aku seperti mudah terjatuh, dan jga mudah
untuk bangun lagi, persis seperti anak 5 tahun yang sedang belajar naik sepeda.
Aku tidak tahu, apakah hal seperti ini wajar untuk dimiliki seorang berusia 23
tahun (yang tak lama lagi akan beranjak 24).
Namaku bintang (nama samaran).
Mungkin beberapa orang terdekatku akan tau nama asliku ketika aku menggunakan
nama samaran ‘bintang’. Siapa lagi yang mencintai bintang sebanyak ini selain
aku? Haha. Siapa lagi yang selalu menggunakan nama samaran bintang selain aku?.
Aku tidak mengerti kenapa, ketika aku sedang … hummm katakanlah ‘bergunjing’
tentang seseorang (tidak boleh ditiru) aku selalu mengganti nama si X dengan
sebutan ‘bintang’. Dari sekian banyak nama samaran yang bisa ku pakai, hanya
‘bintang’ yang selalu muncul pertama di benakku. Bintang.. mmm bagaimana
pertama kali aku jatuh cinta padanya? Haha. Aku sangat ingat pada waktu itu aku
sedang bermain ‘tempuran’ (ini permainan khas anak-anak pada jamannya, aku tak
tau apakah anak jaman sekarang akan tau permainan ini atau tidak, mungkin di
beberapa daerah memiliki permainan serupa dengan nama yang berbeda. Ini mirip
seperti petak umpet, namun selain mencari teman lain yang bersembunyi, si
penjaga juga harus menjaga bola agar tidak di tendang.. hahah). Baiklah kembali
lagi kepada bintang. Ya pada saat itu malam hari, tepat pada bulan ramadhan,
kami bukannya ikut bertadharus malah bermain tempuran. Aku cukup ingat pada
waktu itu aku memakai kaos hitam polos, bingung hendak bersembunyi dimana,
berlari ke arah sana-sini sudah terpakai oleh anak-anak lainnya untuk
bersembunyi. Aku yang kebingungan akhirnya memilih untuk langsung berebah
diatas rerumputan di pinggir sungai, berharap hitamnya malam dan hitamnya
kaosku dapat menyamarkanku. Dan benar saja, tak ada yang berpikir akan ada
seorang anak gadis 6 tahun berani tiduran seorang diri di pinggir sungai
(karena memang di daerah sungai itu sepi sekali), tak ada yang menemukanku,
mereka pikir aku lari pulang dan berhenti ikut permainan secara sepihak.
Sedangkan aku tetap diam rebahan menunggu untuk di temukan. Nah pada saat itu
akhirnya pertama kali aku menatap bintang malam, yang kebetulan langit sedang
cerah. Dan seketika itu aku jatuh cinta. Jatuh cinta tidak ada obat, sangat
cantik, sangat sungguh cantik. Aku jatuh cinta lagi dan lagi setiap malam.
Bintang pada malam itu membutakan lupa akan ras takut menjadi seorang diri di
gelapnya malam, seperti mereka mengatakan bahwa gelap itu tidak menakutkan, dan
menjadi sendiri tidak membuatmu menjadi lemah. Belakangan aku tau, meski
bintang telihat bersama-sama dari bumi, sebenarnya mereka saling berdiri
sendiri, berjauhana satu-sama lain, tapi mereka mampu membentuk rasi bintang
yang teramat indah. Sejak malam itu akhirnya aku seringkali menyempatkan
menatap bintang setiap malam, terutama saat malam cerah dan tidak berawan.
Aku selalu bertanya-tanya, apakah
aku menatap bintang yang sama dengan orang yang berada di Jakarta atau di
Paris, apakah langit mereka berbeda. Apakah aku menatap bintang yang sama pada
malam senin dan malam kamis? Aku akui
meskipun aku sangat mencintai bintang, tapi ilmu pengethauan astronomiku sangat
rendah. Hahaha. Aku mencintai bintang dari arah yang berbeda, tidak cukup dalam
jika di bidang sains, tapi aku tetap mencintai sainsJ. Setelah kutimang-timang, aku tetap tidak tau.
Hari ini aku tidak berada di Paris, tapi aku dekat dengan Paris. Nama kotanya
Flensburg, kota kecil di ujung utara Jerman, berbatasan dengan Denmark,
kira-kira 10 jam naik kereta ke Paris. Aku tak banyak menatap bintang disini,
bukannya tak mau, tapi kebetulan saat ini adalah musim dingin. Aku benar-benar
tak tahan untuk berdiam diri di luar ruangan di malam hari. Sesekali jika memang
aku ada urusan untuk keluar rumah di malam hari, tentu saja tidak pernah ku
lewatkan untuk menatap bintang. Namun demikian, malam hari di musim dingin,
seringkali banyak awan dan mendung, bintang jarang sekali terlihat. Tapi aku
sudah berhasil memandang bintang sekali-dua kali. Tetap cantik dan menawan.
Tapi aku belum berhasil menyimpulkan apakah bintang yg kulihat dari kota
kecilku sama dengan bintang yang ku lihat dari sudut kota kecil di Jerman utara
ini. Tapi biar bagaimanapun, bintang itu selalu menakjubkan.
Bintang, sekumpulan batu panas di
ruang angkasa yang sunguh telihat menawan dari planet bumi, dan lain sebagainya
definisi bintang menurut KBBI atau ilmuwan pada umumya. Bagiku bintang adalah
temanku, sahabt yang mengingatkan akan kebesaran Tuhan, sahabat yang
mendengarkan aku di kala sedih dan bahagia. Bintang adalah saksi
tangis-tangisku setiap malam saat aku ceritakan padanya tentang masa-masa
bratku. Aku tau bintang tidak selalu terlihat di langit, bahkan ketika malam
hari pun bintang tidak selalu terlihat terang dan menyenangkan, tapi aku tau,
aku tau bahwa bintang tidak pernah pergi. Dia selalu ada di tempatnya, diam tak
kemana-mana. Bintang adalah satu-satunya teman yang ku ceritakan semuanya
masalahku tiada batas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar