Rabu, 30 Maret 2022

Bintang laut 5

07.05, 30 Maret 2022.
Bandara Djuanda Surabaya, Indonesia


Kelopaknya mengerjap, masih ada kantuk yang sangat melekat. Tapi pagi sudah mengetuk, mejanya sudah di ketuk. Ia harus bangun, bergegas meninggalkan awak kapal terbang yang telah berjasa membawanya kembali ke tanah lapangnya. Dan lagi-lagi aroma tanah dan hujan embun pagi ini, sangat dirindukanya. Sebagaimana Ia rindu lautan. 

"Kamu suka warna apa?" tanya Bintang
"Pink" jawab Laut
"Loh kok kamu suka pink sih?" Kejar si Bintang
"Bukan. Itu bukan warna kesukaanku. Tapi itu warna kesukaanmu" jelasnya
Bintang tersenyum mengetahui Laut yang masih ingat warna kesukaannya
"Jadi kamu suka warna apa?" Tanya Bintang
"Ah rupanya kamu juga pelupa ya...."
"Ummm....?"
"Dulu sudah ku beri tau warna kesukaanku. Tapi kamu lupa"
Bintang hanya tersenyum kecut "hihi"

"Aku tidak lupa. Sunggug aku ingat. Aku hanya pura-pura lupa, hanya untuk mencari bahan obrolan denganmu hehehe.... " batin Bintang menyeletuk

Selasa, 29 Maret 2022

Bintang laut 4

 



Ada sedikit jengah diatara pikuknya Ibu kota. Bintang duduk dengan penuh putus asa, bisakah ia pulang. "Yaaa tentu saja! Tidak perlu khawatir. Ini tanahmu sendiri!!!" jawab batinnya.


Aroma tanah 31⁰C begitu menggoda. Menelisik lubang hidungnya hingga ke rongga tulang belikat, panas yang Ia sudah tidak terbiasa, memaksanya melepas atribut musim dingin yang tak pernah Ia lepas barang saat tidur pun.

"Aku rindu matahari" kata sel-sel melanositnya. 

Mendadak  mereka mengaktifkan tombol power untuk mulai memproduksi melaninnya.

"Ahhh aku bakal jadi menghitam lagi" keluh Bintang dalam hatinya

Tapi, rupanya Ia selalu luput dan lupa. Cantik itu bukan selalu perihal putih dan bersih. "Apakah aku cantik?" Tanya Bintang pada Laut

"Kamu manis" jawab Laut

Ah si Laut memang pandai menggoda, membuat semu merah jingga di sudut pipinya. Tapi sayang, rona itu tak pernah tampak di pipinya, karena Ia tidak putih. 

"Ahh tunggu sebentar...., apakah Laut itu tampan?"

"Mmm.... Aku tidak tau. Aku hanya punya satu fotonya. Sepertinya foto KTP yang gagal di take. Tanpa ekspresi dan senyum sama sekali. Telihat sebagian kaos putih di bahunya"

"Jadi, tampan apa tidak?" Kejar si Batin.

"Tidak"

"Tidak..???"

"Iya. Dia tidak terlihat tampan saat ku pandang fotonya pertama kali. Lha foto wajahnya kaku seperti batu, tanpa sejumput senyuman sedikitpun. Coba kalau dia tersenyum... mungkin aku akan bilang dia tampan" katanya menguraikan

"Tapi.... dia memang tidak tampan seperi Lee Min Ho atau Aliando. Tapi ntah kenapa wajahnya sering muncul saat aku memejamkan mata...." Katanya sambil tersipu

"Hiksss dasar lebay" ejek batinnya sendiri

"Lalu, apa kau menyukainya?" Tanya batinnya

"Heh pertanyaan macam apa itu? Kisah ini baru saja dimulai, kamu tidak boleh melompat pada jawaban di halaman terakhir -_-" jawab bintang menggerutu

"O'ow baiklah....."

Bintang menghela napas, sedikit tersenyum. Lalu murung seketika...

"Ada apa?" Tanya batinnya

"Ah tidak ada apa-apa" jawabnya. Tersenyum kecut

"Bagaimana jika suatu hari aku bertanya padamu sesuatu yg sulit dijawab ?"

"Misalnya?"

"Bolehkah aku mencintai orang lain suatu hari nanti?"

".....ummmm, itu tidak sulit dijawab. Jawabnanya tentu saja boleh" jawab batinnya

"Tapi.... saat Laut yang menanyakanya padaku, ntah sudut hatiku yang sebelah mana, tiba-tiba ada nyeri disana. Tiba-tiba ada linang yang tidak di duga" jawab Bintang sedikit sesenggukan

"Hahaha ... Tidak apa-apa. Itu wajar. Karena kamu bukan robot. Ada emosi yang kamu coba keluarkan tapi tertahan"  batinnya menceletuk

"Kau tau, jika kamu pada akhirnya mencintai orang lain. Jika suatu hari kamu menemukm orang lain untuk diajak bicara, tidak berbicara pada batinmu sendiri seperti hari ini. Itu sama sekali tidak apa-apa. Itu berarti kamu bisa menemukan aku di tubuh orang lain. Dan jika kamu bahagia, tidak ada alasan bagiku untuk tidak bahagia" Batinnya menjelaskan seperti Mario teguh yang sok bijak hahaha....

"Lalu, ada satu yang sangat aku penasaran sedari awal" ungkap batinnya

"Apa itu....?"

"Why are you so eagerly telling about him?" 

"Ummm......... Aku lapar. Ayo makan dulu yukk" jawab Bintang sambil berlari meninggalkan Batinnya...


To be continued.....




Bonus:

"Hai Laut. Kamu tidak pernah tau bahwa aku selalu ingat nama kucingmu yang kamu beri nama "Ah gak tau ah" Kamu menyinggungnya beberapa kali. Tapi aku selalu pura-pura lupa dan pura-pura akan memgingatnya.

Kamu tidak pernah tau bahwa sebetulnya aku ingat nama kucingmu itu. Hanya saja aku berpura lupa agar kamu tidak tau bahwa aku mengingat kisahmu. Agar kamu tidak terlalu PD..... hahaha"


03:13, 30 Maret 2022, Bandara Soekarno-Hatta, Terminal 2

Jakarta, Indonesia














Senin, 28 Maret 2022

Bintang laut 3

Dubai, 29 Maret 2022, 00:59

"Hari ini... ajak lagi dirimu bicara mesra..."

Tulus, Diri.


Coba dengar apa katanya, ada rindu yang gusar, lupa ditata. Ah... Rindu selalu saja menyiksa.

"Baiklah... coba duduk sebentar. Ku lanjutkan kisah yang ku janjikan" ujar Bintang

"Yip...yip" jawab batinnya sendiri, girang


"Waktu itu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Sengaja ku abaikan. Karena dia terdengar menyebalkan. Dan sepertinya bukan stranger yang baik"

"Siapa...?"

"Namanya Laut, setidaknya itu nama yang dia ingin aku ingat di sini "

"Terus-terus kuabaikan, tapi dia justru jadi semakin menyebalkan. Tapi tak pernah sampai hati untuk mengusirnya pergi"

"Kenapa?"

"Karena aku baik hati, haha" 

"-___-"

"Kamu tau betapa menyebalkan si Laut? Dia berbicara seperti robot. Berbicara ini dan itu, terlalu banyak. Itu menyebalkan bukan?, Jadi hanya ku jawab singkat. Ku harap dia paham maksud jawabanku yang singkat"

"Memang apa maksudnya"

"Maksudnya adalah 'aku tidak tertarik bicara denganmu. Jangan ganggu aku, silahkan pergi' "

"Ohhh that's so rude"

"Indeed :'("

"Tapi anehnya dia tidak pernah berhenti sekeras apapun aku mengabaikannya, kadang jika mood ku sedang baik aku tanggapi kisahnya yang panjang itu dengan satu dua kata plus emoji, hahaha"

"Terus-terus....?" Kejar si batinnya

"Baiklah, dari sana aku bisa menilai dia (mungkin) orang yang cukup konsisten. Konsisten dalam kegabutan menganggu hariku, ah setidaknya dia mungkin orang yang konsisten dan tidak mudah menyerah, mungkin"

"Lalu... suatu ketika. Ada kisahnya yang tanpa sengaja menyentuh sudut hatiku"

"Kisahnya? seperti apa?"

"Ah aku lupa kisah lengkapnya. Tapi aku ingat bagian yang paling aku suka"

"Apa katanya?"

"Pada akhirnya kita hanya butuh makan secukupnya, minum secukupnya, berteman dengan orang-orang secukupnya, punya uang secukupnya, belajar secukupnya. Tidak perlu semua dipaksakan pada diri. Kita hanya butuh semua dalam kadar yang cukup...., Ah mungkin kurang lebih begitu katanya"

"Wahhhh...."

"Haha.... Jadi dari sanalah akhirnya kalau aku good mood, aku kadang sempatkan membaca kisahnya. Meski panjang sekali, dan tidak jarang penyampaian kurang jelas hahah"


"Tapi, kau tau apa yang menyebalkan darinya?"

"Apa apa apa?"

" Aku merasa dia tidak mempercayaiku sebagai temannya. Dia selalu menyembunyikan dirinya sendiri dariku. Memkamuflase semua kesibukannya..."

"Hmmmm"

"Tapi aku masa bodoh... Hahhaa"

"Masa sih?"

"Emm....."

"Ntahlah" 

"Tapi, semakin lama aku bertegur sapa dengannya. Aku jadi tau kalau dia memang menyebalkan. Hahaha" kata Bintang meledek 

"Ah aku lelah bercerita. Ngantuk....

Semoga kisahnya bisa diceritakan di kisah selanjutnya" tutup Bintang


To be continued.....




 


Bintang Laut 2

Hamburg Airport, 

28 Maret 2022, 15:01



Ada jeda yang tidak terukur, antara tanah benua dan tanah jawa.

Katanya jarak dan waktu bukan masalah, sebab itu Bintang selalu setia menunggu waktu tengah malam si Lautan. Sedang lautan, (mungkin) juga menunggu waktu senja, tepat saat bintang mulai terlihat.

"Tapi .... Ini kisah si Bintang laut kan? Kenapa perlu menunggu senja?" sergah batinnya...

"Ah iya... Kenapa ya? Memangnya bintang laut tidur saat siang hari? Hihi...?"

"Ah sudahlah, kata Laut tidak semua perlu dijawab hari ini. Tidak semua perlu ada jawabannya.., Iyakan?" tanya Bintang

Lamat-lamat ia mendegar lautan menjawab ...."iya" katanya...

"Hai Bintang..., kenapa memilih jadi bintang di laut? Kalau bintang di langit jauh lebih mempesona?"

"Kenapa harus jadi bintang di langit, kalau di laut pun aku juga bisa jadi mempesona"

"Ehh pertanyaan ga boleh dijawab pertanyaan juga lhoo.. harus dijawab. Itu kan kata cikgu .. hihi"

"Oh iya... Lupa hihi"

"Baiklah... coba sedikit ku ceritakan kisahnya si laut, agar kamu tau kenapa aku jadi bintang laut..." Kata si Bintang

"Okee masih menyimak....." Jawabnya

"Ah... rupanya aku harus segera berangkat pergi sekarang... Ku ceritakan di kisah selanjutnya ya..."


To be continued.....





Bintang laut


Flensburg, 28 Maret 2022

01:10


Ada kisah yang ingin di alurkan,

Tapi tangannya hanya dua, masing-masing jarinya lima.


Ada janji yang sudah diucap, tapi si Bintang muflis tak mampu membayar tepat waktu...

Adakah Laut meringankan?

"Sudah kubilang, ini bukan tentang piutang" sergah Bintang

"Lalu?" jawab batinnya sendiri

"Emmm ntahlah. Aku hanya ingin membayar lunas janjiku, tapi ...." Jawabnya resah menunduk....

"Baiklah, besok lusa, saat kamu duduk dengan baik, minum dengan tenang, makan dengan lahap, aku masi menunggu janjimu untuk di bayar" sambut Laut

"Maaf...."

"Ah kamu, kaya sama siapa aja"

"Hihi" batin Bintang tertawa pelan

"Baiklah, waktunya tidur.... daaa"

"Daaa"

To be continued......






Kripik singkong

              28 Maret 00:56

      Flensburg, Germany



Judul : Laut Bercerita

Penulis : Leila S. Chudori

Cetakan : Pertama, Oktober 2017

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal : x + 379 halaman

ISBN : 978-602-424-694-5


Matilah engkau mati

Kau akan lahir berkali-kali


Gelap adalah bagian dari alam, tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam adalah tanda kita sudah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup tak bisa dipertahankan lagi

 

Kematianku tak lebih seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada kahir kalimat sajaknya. Atau seperti saat listrik mendadak mati.


Di kampus kita hanya belajar disiplin berpikir, tetapi pengalaman yang memberi daya dalam hidup adalah di lapangan.


Tak semua keluarga harmonis dan menyenangkan seperti keluargamu, Laut. Kau beruntung.


Daniel pun terkadang tak sabar dengan kepolosan anak-anak semester satu yang bacaannya masih minim ─ menunjukkan betapa Daniel atau Tama sering lupa bahwa anak Indonesia tidak tumbuh dengan kebiasaan membaca atau berlatih berpikir kritis.


Terus terang, memang agak repot menghirup sumsum tulang kambing di tempat yang berdesakan seperti itu. Padahal sumsum tengkleng yang sudah bercampur santan cair dan bumbu kunyit, bawang putuh, serta serai itu sama seperti sumsum kehidupan. Nikmat tanpa tandingan.


If your photographs aren't good enough, you're not close enough

Jika foto Anda tidak cukup baik, Anda tidak cukup dekat

~Robert Capa


Naratama mengaku berhasil kabur bersama video yang dicari itu ketka unjuk rasa mulai dibubarkan polisi. Apa sih isi video itu? Ternyata isinya hanya beberapa latihan teater Sang Penyair dengan para buruh pabrik. Sebetulnya tidak berbahaya, tetapi saat itu Sang Penyair dan puisi-puisinya menyababkan pemerintah dan tentara sewot, maka kami merasa apa pun yang bersangkutan dengan Sang Penyair yang bisa membakar aktivis buruh sebaiknya disimpan dulu.


Cinta datang begitu saja, tanpa rencana, tanpa pengumuman. Dia lahir dan tumbuh sebagai reaksi pertemuannya dengan sekuntum bunga…

~Naratama


Mas ceritkan ketika dulu kau melamar Mbak Ariani. Apakah kau menggunakan puisi-puisimu?”

Sang Penyair tertawa kecil. “Tidak. Percintaan Ari dengan aku adalah percintaan yang polos. Kami tak butuh kata-kata, apalagi puisi.”

“Bagaimana kau tahu Mbak Ariani adalah perempuan yang tepat untuk hidup bersama?”

Sang Penyair tampaknya tak menyangka aku bakal melontarkan pertanyaan pribadi seperti itu. Tetapi kelihatannya dia tidak keberatan berbagi. “Ari tidak pernah berharap apa pun dariku. Aku hanya memiliki tubuh dan baju yang melekat ini. Aku tak pernah selesai sekolah, apalagi punya gelar. Modalku hanya hati yang jujur dan daya hidup. Bagi Ari, semangatku memperjuangkan keadilan sudah cukup membuat dia memmutuskan untuk hidup bersamaku selamanya.” 


Aku ingin sekali perempuan tak selalu menjadi korban, menjadi subjek yang ditekan, yang menjadi damsel in distress…

~Anjani


“…

Seonggok jagung di kamar

Tak akan menolong seorang pemuda

Yang pandangan hidupnya berasal dari buku

Dan tidak dari kehidupan…

Aku bertanya:

Apakah gunanya Pendidikan

Bila hanya akan membuat sesroang menjadi asing 

Di tengah kenyataan persoalannya…”

(Rendra, “Sajak Seonggok Jagung”)


“Apa yang sebetulnya kita kejar?”

Kinan mengambil tanganku dan menggenggamnya, “Kekuatan, Laut. Keinginan yang jauh lebih besar untuk tetap bergerak. Ini semua menaikkan militansi kita, bukan memadamkannya.”


“Kita tak selama-lamanya berada di bawah pemerintahan satu orang selama puluhan tahun, Laut. Hanya di negara diktator satu orang bisa memerintah begitu lama… seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Mungkin kita hanya nyamuk-nyamuk pengganggu bagi mereka. Kerikil dalam sepatu mereka. Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan ini, Laut.”


“Setip langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi, tapi apa pun yang kamu alami di Blangguan dan Bungurasih adalah sebuah langkah. Sebuah baris dalam puisimu. Sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu…”


“Aku tak tahu apakah aku sudah membuat jejak atau belum selama hidupku.”

“Sudah. Kamu membuat bait pertama dari puisi hidupmu. Kamu melawan.”


Sesekali, aku membayangkan kita berdua bisa keluar dari dunia yang kita kenal ini, meloncat melalui sebuah portal dan masuk ke dimensi lain di mana Indonesia adalah dunia yang (lebih) demokratis daripada sekarang; presiden dipilih berdasarkan pemilu yang betul-betul adil; pilar-pilar lain berfungsi dengan baik: perangkat hukum dan parlemen tidak berada di dalam genggaman seorang diktator dan perangkatnya; pers bisa bebas dan tak memerlukan sebuah departemen yang berpretensi “mengatur” padahal bertugas membungkam. Apakah kita akan pernah hidup dalam Indonesia yang demikian? Indonesia yang tak perlu membuat para aktivis dan mahasiswa yang kritis harus hidup dalam buruan dan sesekali mendapat bantuan dari berbagai orang baik, termasuk Utara Bayu? (hal: 211).


Blangguan 🡺 Situbondo, Jawa Timur 🡺 Aksi Tanam Jagung

Bungurasih 🡺 habis dari kantor DPRD Surabaya 🡺 Mau pulang ke Yogyakarta


Aku tak akan menyadari betapa perempuan pencipta kehidupan, penggerak matahari dan peniup ruh kegairahan hidup

~Laut


Jika aku bisa memutar waktu, aku tak akan jahil dan aku akan menemanimu yang takut akan gelap. Kegelapan yang membuat gerah seperti ini, yang membuat seolah waktu berhenti, memberikan rasa sepi.


Jangan takut kepada gelap. Gelap adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pada setiap gelap ada terang meski hanya secercah, meski hanya diujung lorong. Tapi menurut Sang Penyair, jangan sampai kita tenggelam pada kekelaman. Kelam adalah lambang kepahitan, keputus-asaan, dan rasa sia-sia. Jangan pernah membiarkan kekelaman menguasai kita, apalagi menguasai Indonesia.


Dan yang paling berat bagi semua orang tua dan keluarga aktivis yang hilang adalah: insomnia dan ketidakpastian. Kedua orang tuaku tak pernah tidur dan sukar makan karena selalu menanti “Mas Laut muncul di depan pintu dan akan lebih enak makan bersama”.


Menjaga jarak dengan pasien dan menekan emosi adalah salah satu prasyarat bagi kami agar bisa konsentrasi dalam merawat dan mengobati


Di dalam dunia medis, masih banyak hal-hal yang gelap, penyakit yang belum bisa diobatai, tetapi kami selalu bersikap optimistic karena rekan-rekan kami para peneliti terus menerus bergulat mencari obatnya. Harapan itu tetap terjaga karena ada keinginan, kerja keras, dan ilmu yang terus menerus diuji. Sedangkan apa yang kuhadapi sekarang adalah sesuatu yang asing; tak pasti, terus menerus menggerogot rasa optimisme dan kemanusiaan.


Masa-masa Soeharto masih berkuasa yang membiasakan orang untuk mengunci mulut itu menyebabkan mereka semua mengalami trauma besar. “Kita harus bersabar menanti agar mereka mau membuka diri pada saatnya,” kataku pada Aswin.


Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan.


“Pak, pak, tolong bantu aduk opornya, Mas Laut maunya santannya tidak pecah…”

Ibu mengangguk-angguk, kini puas dengan rasa gudegnya. “Lebih sempurna masak dengan panci tanah liat ya Pak… yo wis.. ndk apa. Yang penting Mas Laut suka…”


Kegairahan merangkul proses. Itulah yang aku suka dari Alex.

~Asmara


Tak ada yang sempurna di bawah langit.

~Biru Laut Wibisana


“Asmara… kita hidup di negara yang menindas rakyatnya sendiri. Bapak senang berada di antara anaka-anak muda yang mengerti bahwa bergerak, meski hanya selangkah dua langkah, jauh lebih berharga dan penuh harkat daripada berdiam diri.”


Demostrasi kamisan


“Kembali dalam kepompong, karena disana ada Mas Laut, lengkap dengan semua kenangan…”


“Pesannya untukmu diucapakan hanya beberapa saat sebalum dia, Julius, dan Dana dijemput…” Alex berhenti dan menggosok air matanya. “Dan berkata, ‘kalau sampai aku diambil dan tidak kembali, sampaikan pada Asmara, maafkan aku meninggalkan dia ketika bermian petak umpet.”


Malena memegang pipiku dan memandangku dengan lekat. “Aku tahu kamu pasti menganggap rumah sakit sebagai suakamu.”

Aku mengangguk. Dia sungguh tahu diriku melebihi siapa pun.

“Itu harus kau selesaikan. Rumah sakit dan pekerjaanmu sebagai dokter harus kau anggap sebagai rumahmu, sebagaimana rumah orang tuamu juga. Percayalah, perlahan-lahan, ibumu akan menyadari kehadiranmu.”


Ibu tadi bermimpi… rasanya Mas Laut duduk di sini, persis di tempatmu duduk sekarang, di tepi tempat tidur. Dia kelihatan kurus, badannya kok penuh biru lebam, Ibu tanya, ‘Kenapa Nak… kok kamu habis jatuh?’ Mas Laut menjawab, ‘Aku nggak apa-apa Bu, aman, tentrem….’, lalu dia memeluk Ibu sambil bilang, ‘Bu, Ibu jangan melupakan anak ibu satu lagi. Dia butuh Ibu. Bukan hanya Ibu yang butuh dia. Janji ya Bu. Itu anak Ibu satu-satunya sekarang…”


Jika jawaban yang kalian cari tak kunjung datang, jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan. Di dalam upaya yang panjang dan berjilid-jilid itu, pasti ada beberapa langkah yang signifikan.


Sampaikan pada Bapak aku akan selalu memberi pesan melalaui alam: ikan, dedaunan, dan kuncup bunga yang belum mekar

Sampaikan pada Ibu bahwa beliau adalah koki terhebat yang pernah kukenal. Semua bumbu dan resep kupelajari darinya dan jangan berhenti menciptakan resep baru seperti halnya jangan pernah berhenti memulai hal baru tanpa aku. Aku akan selalu ada, tetapi Ibu (dan Bapak) hanya berpisah sementara denganku. Kita pasti akan bertemu lagi suatu hari, entah dalam bentuk apa


Bertemu, berkencan, dan mencintai lelaki lain tak berarti dia berpaling dariku, karena apa pun yang terjadi aku sudah menjadi bagian dari hidupnya.


Asmara, kukirimkan semua pesan ini melalui sayap-sayap ikan pari; melalui bunyi rintik hujan ketika menyentuh tanah dan melalui bunyi kepak burung gereja yang hinggap di jendela kamarmu. Aku yakin kau akan bisa menangkap pesanku, membaca ceritaku. Dan aku percaya kau akan menceritakan kisahku kepada dunia.

Bonus quotes, ‘just for you’

The happiest people don't have the best of everything, they just make the best of everything.


Be like the sun for grace and mercy. Be like the night to cover others' faults. Be like running water for generosity. Be like death for rage and anger. Be like the Earth for modesty. Appear as you are. Be as you appear. ” ~Rumi

“Courage doesn't always roar. Sometimes courage is the quiet voice at the end of the day saying, "I will try again tomorrow. ~Mary Anne Radmacher





Why complain about yesterday, when you can make a better tomorrow by making the most of today?


Author : Mas Laut


Kamis, 10 Maret 2022

Jika Salmon Terus Menjomblo

Salmon males kenalan......


 

''Mon napa lu gak kawin-kawin'' tanya seekor ikan badut
''Mengcapek Dut, susah ketemu jodohnya'' jawab si Salmon.
''Emang lu kurang cakep gimana Mon, masa iya gada yang suka sama lu?'' kejar si ikan badut
''ah bukannya gue gak cakep Dut, masalahnya kalo gue mau kawin, gue kudu pergi ke hulu sungai dulu. tapi ya gimana yaa... lu tau sendirikan tuh di depan sana ada DAM gede banget, tinggi banget yang jadi hambatan terbersar gue untuk ke hulu sungai'' jawabnya sambil menghela napas.  ''Ya kali gue se kecil ini mau lompatin DAM setinggi itu, kalo bisa bim-salabim terbang ya gue mau aja sih'' lanjutnya.
''Yahh sedih banget ya lu ngejomblo teruss'' ejek si ikan badut

''Eh emang gimana sih konsepnya?, kenapa lu kawin kudu pergi ke hulu sungai?, bukannya lu bisa meet up aja sama si cewe lu di sini, gue comblangin dahh...'' goda si ikan badut

''Ahh si badut nih ngelawak aja kerjaanya'' batin si Salmon, '' Oke-oke gue jelasin'' jawabnya

''Jadi nih Dut... gue tuh lahir di hulu sungai, trus gue menghabiskan masa-masa kecil gue sekitar sampe umur 3 tahunan ya di sana. Lalu pas gue udah cukup gede buat travelling, akhirnya gue dan rombongan salmon yang lain memutuskan buat pindah rumah ke sini, ke lautan pasifik. sodara-sodara gue juga ada sih di Atlantik. Tapi gue jarang silaturahmi kesana, capek ndutt... jauh haha''
''Tapi dengan catatan, nanti pas kami udah waktunya kawin, kami harus balik lagi ke hulu sungai dimana kami menetas''

''Ah wait, lu bisa baca gmaps kah? kok bisa balik ke tempat yang sama dimana lu menetas?''
''Haha ya kali masa gue ga bisa baca gmaps, kaya cewek aja dut wkwk'' ''Ya bisa dong. Tapi gmaps gue beda. gmaps gue pakai insting dan indra penciuman. Ah gitulah pokoknya'' jawab Salmon. 

''Ohhhh... gitu'' jawab si Ikan Badut manggut-manggut.  ''Jadi lu lahir di air tawar terus hidup dewasa di air laut, trus nanti balik lagi ke air tawar?''  kata si Ikan Badut mencoba menyimpulkan.
''Yuppp.... binggoo!'' jawab Salmon bangga. ''Dengan kebiasaan kami yang sukanya jalan bolak balik kaya gitu, kami punya istilah khusus loh. Kami disebut sebagai ikan 'Anadromus' '' jelas si Salmon dengan bangganya. 

''Wah keren....'' kata si Ikan Badut'' ''ah tapi lu tetep aja jomblo hahaha'' ejeknya lagi.
Salmon hanya mendengus kesal dan bermanuver meninggalkan si badut. 


Dam, atau bahasa lokalnya kita suka sebut ini Waduk. Waduk dibangun untuk keperluan irigasi dan pembangkit listrik, kontrol terhadap bencana banjir dan lain-lain. Ada sekitar 84.000 dams di Amerika serikat yang tingginya mencapai tiga kaki atau bahkan lebih. Dam ini  telah memblok aliran sungai sepanjang 600.000 mil jauhnya. Salah dua dam yang menjadi sorotan adalah dam di Sungai Elwha dan Glinlines Canyon. Kedua dam ini dibangun pada tahun 1913 dan 1927 [1]... wah udah hampir 100 tahun. Namun demikian, selain si dam ini memberikan banyak manfaat untuk kebutuhan manusia, ada yang luput dari perhatian kita pada waktu itu. Ya, si Salmon yang akhirnya menderita jomblo akut. Memangya kenapa kalo si Salmon jomblo dan gak pernah kawin? memangnya kenapa kalo si Salmon tidak bisa berenang balik ke hulu? ''ya gak papa dong yang penting aku gak jomblo wkwk'' kata batinku (meskipun nasibku belom jauh beda dengan si Salmon ini haha). 

Jadi ikan Salmon ini disebut sebagai Key species, atau spesies kunci. Lah kenapa gitu?
Salmon berperan sebagai predator dan juga mangsa yang baik hati. Berdasarkan penelitian, mama salmon bisa mentaskan 35.000 telur sekali hidupnya, sebelum akhirnya mama salmon akan mati karena kelelahan bermigrasi dan menetaskan telur. Diperkirakan, hanya 10% dari telur-telur ini yang berhasil menetas. Ketika mama-mama salmon menetaskan telurnya di hulu sungai, sangat tidak menutup kemungkinan bahwa telur-telur itu akan dimakan sama ikan lainnya, serangga atau predator lainnya.Tapi ini bukanlah hal yang buruk kok, ketika proses rantai makanan terjadi, maka ada proses transfer nutrisi telur salmon yang mengandung banyak nutrisi dari lautan lepas untuk hewan-hewan yang hanya hidup di hulu sungai. Ya kan hewan-hewan gak bisa gofood kaya kita sih,  jadi mereka seneng banget bisa makan makanan ekslusif kualitas Pasifik.  Selain itu, dalam perjalanan salmon dari lautan ke hulu sungai, ikan salmon juga menjadi mangsa istimewa bagi beruang. Beruang bisa mendapatkan sekitar 33-94% kebutuhan protein tahunan mereka dari Salmon [2] Bayangkan kalo tiba-tiba Salmon ga jadi pulkam ke hulu sungai, atau sebaliknya beruang-beruang ini kena PHP dong nungguin salmon gak datang-datang.

Nah, lain lagi ketika Salmon lagi sampe di lautan lepas. Salmon kerap menjadi mangsa yang epik bagi elang, camar dan burung laut lainnya.  Bagi burung-burung ini, Salmon adalah mangsa istimewa karena dia mengandung nutrisi dari hulu sungai yang gak bisa mereka dapatkan di Pasifik. Salmon jenis Chinook juga diketahui sebagi mangsa utama dari paus pembunuh souther resident.  Jadi kalau pouplasi salmon menurun, hal ini juga dapat memicu menurunya populasi si Paus ini:( [3].

Eit ... tunggu, kasian dong Salmon kena makan mulu. Trus dia makan apa ? Jadi utamanya ketika si Salmon lagi hidup di hulu sungai, Salmon adalah pemangsa utama serangga-serangga. Kalau tidak salmon, maka hal ini berpotensi menyebabkan populasi serangga yang terlalu tinggi, yang pastinya juga akna berpengaruh ke sistem eksosistem lainnya [4]

Wait.... last but not least. Ketika Salmon ini mati, entah mati di laut atau di sungai. Salmon akan mewariskan valuable nutrition atau nutrisi yang berharga untuk lingkungannya. Nutrisi-nutrisi ini berperan dalam meningkatkan micro ekosistem sekitar.'' Ah baik banget dah si Salmon ni.  ''Kalo dia ngejomblo terus gara-gara si DAM itu, bisa banyak ekosistem yang terancam dan beruang yang populasinya sudah rentan bisa tambah terancam'' [1].

Okay tenang dulu... jadi pada tahun 2011 dan 2013, dengan beberapa pertimbangan ekonomi dan ekosistem lainnya, DAM di sungai Elwha dan Glines Canyon di bongkar.  Hal ini juga di harapakan dapat memperbaiki ekosistem lainnya....[1].

Tapi, tetep aja ya selain masalah DAM, pencemaran air, baik di laut dan sungai karena ulah manusia juga sangat-sangat meperburuk populasi Salmon. ah gak cuma Salmon sih, semua mahluk hidup juga. Termasuk kita, Homo sapiens.

So, keep in mind that the earth does not belong to (only) Homo sapiens:)  

Referensi : 

[1]  New Englands. Bio Labs. company. (2020). The effect of dams on river systems.
[2] Klinka, D. R., and Reimchen, T. E. (2009). Darkness, Twilight, and Daylight Foraging Success of  Bears (Ursus americanus) on Salmon in Coastal British Columbia. American Society of Mammalogists, 90: 144-149.
[3] Chasco, E. B., Kaplan, C. I., Thomas, C. A., and Acevedo-Gutierrez, A. (2017). Competing tradeoffs between increasing marine mammal predation and fisheries harvest of Chinook salmon. Scientific Reports, 7: 1-14.
[4] Holtgrieve, G. W., and Schindler, D. E. (2011). Marine-derived nutrients, bioturbation, and ecosystem metabolism: reconsidering the role of salmon in streams. Ecological Society of America, 92: 373-385.

4. Germany Series : Second Batch!

Second Batch : Student Exchange 2018 Aku tidak lolos seleksi student exchange itu, dan teman sekelasku, Khalid, dia lolos! ah itu... sedikit...